Selasa, 02 Oktober 2012

“Jokowisme”, Budaya Baru Politik Indonesia


Menurut Mcdamas (2012) mengatakan siapa yang tak kenal Jokowi? secara umum saat ini bisa dikatakan semua orang Indonesia, terutama warga Jakarta, sudah tahu siapa jokowi.
Tidak susah untuk menggali jati diri Jokowi karena informasi tentang dirinya ada di mana-mana. Peran media (media elektronik dan media cetak), dalam hali ini, sangat strategis menyebarkan informasi apa saja tentang Jokowi; track recordnya, prestasinya, serta semua hal yang membuatnya muncul menjadi tokoh idola rakyat.
Setelah sang tokoh ikut serta dalam pilkada DKI Jakarta 2012, semakin terkuak “kehebatan” dan “keunikan”nya. Jokowi hebat karena sosok yang tadinya bukan “siapa-siapa” dalam kancah perpolitikan Indonesia, ternyata mampu menjadi seorang tokoh yang sangat diperhitungkan. Jokowi unik karena meskipun dia sudah menjadi orang hebat, tetapi dia tetap menjadi diri sendiri, low-profile, jujur, sopan, tetapi tetap tegas.
Lebih dari itu, sikap pro rakyat yang ada pada diri Jokowi juga menjadikan dia seorang pejabat yang bekerja hanya untuk melayani. Jokowi tidak segan berjalan kaki untuk mengunjungi rakyat dan mendengarkan apa yang mereka butuhkan.
Seperti kita sudah mafhum, dunia perpolitikan Indonesia sejak masuknya masa reformasi hingga saat ini seperti mengalami “gegar’ nilai. Perjuangan reformasi yang awalnya untuk “menghancurkan” kebobrokan sistem dan budaya politik yang dikembangkan oleh rezim orde baru ternyata justru menghasilkan tokoh-tokoh politik oportunis yang haus kekuasaan dan “merampok’ uang rakyat.
Rakyat pun menjadi jengah dan lelah sekaligus pasrah. Di tengah-tengah kepasrahan ekpekstasi rakyat akan adanya tokoh yang benar-benar mau bekerja untuk mereka, Jokowi muncul dari kejauhan bak seberkas sinar di tengah kegelapan.
Pada diri Jokowi, harapan rakyat yang rindu akan adanya perubahan wajah dan budaya politik Indonesia terwakili. Rakyat juga tahu bagaimana Jokowi tegas dan tidak kenal kompromi dengan ‘cukong-cukong” yang berkeliaran di sekitar Balai Kota. Pada saat yang sama, Jokowi juga tegas dan gigih untuk memperjuangkan kepentingan rakyat.
Sosok Jokowi kemudian menjadi antitesa yang tegas dari politisi-politisi dan pejabat yang “berkeliaran” di negeri ini.
Saat kemudian Jokowi maju di pilkada DKI Jakarta, sebenarnya dari jauh-jauh hari, kemenangan Jokowi sudah bisa diprediksi. Bukan karena Jokowi memiliki tampang tampan, uang banyak atau mengetuai organisasi-organisasi massa, tetapi ketokohan Jokowi sebagai figur bersih yang pro rakyat dan pekerja keras sulit ditandingi oleh para rivalnya.

Itulah kunci kemenangan Jokowi pilkada DKI Jakarta 2012 ini.
Kini Jokowi yang rendah hati itu telah memenangkan pilkada DKI Jakarta (versi quick count*). Harapan rakyat akan sosok yang pro dengan mereka seperti sudah mendapatkan jawabannya.
Kemenangan Jokowi dalam pilkada DKI Jakarta ini pasti akan memberi dampak pada wajah perpolitikan Indonesia.
“Jokowisme” segera akan melanda seluruh wilayah Indonesia dimana seseorang yang akan bertarung untuk memperebutkan jabatan publik seperti bupati, walikota, gubernur atau presiden tidak lagi bisa mengandalkan uang semata. “Ketokohan” seperti yang ada pada diri Jokowi menjadi yang utama.

Menurut saya sendiri, jokowi memang pantas mendapatkan jabatan sebagai gubernur DKI Jakarta . karena dia memang sesosok orang yang low-profile, rendah hati, dan sopan, tetapi tetap tegas !
saya yakin dengan adanya tokoh baru di dalam perpolitikan DKI Jakarta akan adanya suatu perubahan yang positif bagi DKI Jakarta dan lebih maju . Jokowi & Ahok semangat !

Referensi :

mcdamas, “Jokowisme”, Budaya Baru Politik Indonesia, http://politik.kompasiana.com/2012/09/20/jokowisme-budaya-baru-politik-indonesia/ , 25 september 2012 .

3 komentar:

  1. jokowi ahok-ahok
    jokowi ahok-ahok
    jokowi ahok-ahok
    jokowi ahok-ahok
    :)

    BalasHapus
  2. terima kasih kembali sudah datang ke blog ini
    :D

    BalasHapus
:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( :-p =))